MIMPI BURUK
YANG NYATA
Karya
: Rima Pebriani
#Catatan : ini cerita gajelas :v ane gak tau ah :"
Saat matahari mulai menyinari dunia, sorotnya mulai menembus masuk
kedalam kaca ruang kamar sang gadis yang sedang bergelut dengan mimpi indahnya
itu. Handphone dan jam weaker juga seorang wanita paruh baya menghancurkan
mimpinya. Ia meraba-raba meja kecil di sebelahnya dan mematikan jam weaker lalu
mulai melihat siapa yang menelphone pagi buta seperti ini.
"Yak?" Jawabnya
entah ia sadar atau tidak.
"Cepat siap-siap ini
sudah siang !!" perintahnya dari sebrang suara disana.
Sekarang ia sadar bahwa
dirinya kesiangan, segera bangun lalu berlari kecil menuju kamar mandi.
"Aaaa aku kesiangan
lagii.." Teriknya hinngga terdengr
suaranya oleh orang yang menelphonen.
@&?
Tepat pukul 07.00 saat
tiba di sekitar sekolahnya, wajahnya terlihat gelisah, ia berlari dari jalan
menuju gerbang sekolahnya, ada beberapa siswa yang mungkin bernasib sama ,
tetapi ia melihat seorang lelaki berjalan tenang ,orang itu yang menelphonenya
tadi pagi. Dimas
"Dimass!!"
Panggilnya dengan sedikit teriakan, Dimas membalikan badannya.
"Hah , kau jalan
begitu lambat. Cepat 3 menit lagi kita benar benar terlambat" Sambung
Febby seraya menarik lengan Dimas membawanya lari.
Ada getaran aneh menjalar di hati dimas, ia
hanya terdiam dan mengikuti langkah Febby. Sejak pagi dimas sudah berada di
sekitara sekolah, hanya saja ia ingin
masuk bersama, ia belum berani menjemputnya ke rumah.
Sisa 2 menit, mereka
masih bisa masuk tanpa dicegat satpam sekolahan. Setelah itu mereka berjalan
dengan tenang.
" Eh makasih ya udah
bangunin tadi" Fabby tersenyum, senyuman itu membuat Dimas merasa sangat
nyaman.
"Ahh.. tidak
masalah, lain kali pasang alarem dan jangan tidur larut malam" jawabnya
dengan tenang
"Eh, aku sudah memasang
alarm. Hanya saja aku tertidur kembali dan, hei kau yang menelphoneku sampai
larut malam kan? Ishh" Protes Febby, lalu memukul lengan Dimas. Dimas
hanya terkekeh
"Tunggu, kau
membangunkanku, dan kau juga kesiangan maksudmu apa ?" Lanjut fabby
"Ehh, tadi.. tadi macet
jadi yaa kesiangan" jawab Dimas sedikit gugup
"Ck, macet? Aku
tidak bodoh" langkah mereka terhenti.
"Aargh, bisakah kau
berterimakasih padaku huh? Dasar putri tidur" celetuk Dimas sedikit kesal
lalu mengacak rambut Febby, ia berlalu dihadapan wanita itu menuju kelasnya.
"Ahh" desah Febby,
membenarkan rambutnya sambil berjalan masuk. Ia duduk bersama teman temannya.
"Hai.. hhehe"
sapa Fabby lalu nyengir kuda.
"Siang banget bu?
Kemana aja?" tegur Riani
Hari ini guru biologi
tidak masuk, karena ada keperluan di luar sekolah. Kelas itu hanya di beri
tugas. Tidaklah heran jika suasana kelas sangat ramai, bahkan lebih ramai dari
pasar malam, mungkin.
" Akhir-akhir ini
kau seringkesiangan Feb, kenapa?" Tanya Via
" Gadang hehe, si Dimas
sih ngajak gadang mulu" jelas feby
"Eh" Fabby
membungkam mulutnya sendiri.
" Dimas, Dimas 12
IPA 6? " Tanya Riani . Fabby hanya mengangguk.
"Kenalan di BBM
teeerusss, ah sudahlah" jelas Fabby seakan tau apa yang akan ditanyakan
oleh ke-3 sahabatnya itu.
" Ciee, kayaknya..."
bisik Via, wajahnya serius hingga Elsa, Via dan Febby mulai memasang wajah
penasaran.
"Aku kepengen
pipis" ucapnya dengan muka tanpa dosa itu.
"Eihh"
"Nyesel ngedengernya
juga"
"Hadeuhh kira apaan
dah”
Protes mereka, lalu
tertawa lepas tanpa batas meramaikan kelas.
" lagian sih, serius
banget kan jadi pengen ketawa. Muka kalian itu loh hahaha" jelas Via
@&?
Sang mentari tak bersinar
lagi, setelah sang biru pergi, kini berganti menjadi gelap. Fabby berada di
taman rumahnya, menatap sang langit yang gelap gulita tetapi indah dihiasi
gemerlap bintang.
"Apakah ia
menyukaiku" pertanyaan itu muncul dari benak ke-2 insan yang sedang jatuh
cinta itu. Lamunan Febby terpecah oleh bunyi telphone dari ponselnya itu. Dan
itu adalah Dimas.
"Yosh?" Jawab
fabby
"Engga, pasti kau
sedang melamun, benar?" Ucap orang yang bersuara dari ujung sana.
"Apakah kau sedang
memata mataiku? " Celetuk Febby
"Kau kira aku ini
lelaki fanatik yang ingin menjadi detektif, begitu?"
"Yaa, kau cocok.
Pakailah baju hitam dan todong orang yang sedang melintas"
"Hei, kau kira aku
ini begal begal yang terkutuk apa"
"Dasar payah dasar
lemah" lanjut Dimas
"Ya" ucap febby
agak menekan suaranya.
Percakapan malam itu
berlanjut hingga larut malam. Canda tawa menghibur kekosongan malam itu, tanpa
habis kata. Mereka saling menyukai tetapi perasaan itu akan selalu tersimpan
dalam hati.
@&?
Kisah putih abu hampir
berakhir. Semua kebersamaan Febby dan Dimas semakin renggang. Cinta juga
membutuhkan kecepatan. Siapa cepat dia dapat.
"Udah lama deket,
tapi engga jadian juga, apa kau tak lelah?" Tanya Via di sebuah cafe
favorit mereka.
"Tau tidak? Kau
dalam posisi digantung Feb"
"Mending yang pasti
pasti aja"
"Sudah 6 bulan lebih
bukan? Kapan takennya?"
Protes teman-temannya
,Febby hanya merenung mencerna semua pertanyaan dan protes dari mereka.
"Eh ingat tidak,
waktu Elvin mengejar-ngejar, nembak tapi pada akhirnya kau tolak Feb"
cerita Elsa
" Pas ada adik kelas
yang suka ngirim surat secara misterius bunga sama coklat itu? Lalu kepergok
akhirnya kau tolak mentah mentah"
"Haha iya, ngeri
banget tuh anak"
"Pas kau di labrak
sama anak sekolah lain, sampe kita dicegat 1 RT gitu, hampir hampiran di bully,
cuma gara-gara cowonya keganjenan."
"Haha iya, kalo jadi
itu cewe malu banget deh langsung di putusin depan warganya. Ihh ngeri"
"Di fikir- fikir
banyak ya yang suka sama Febby. Tapi Febbynya aja yang suka nolak"
Mereka mulai bernostalgia
bersama, lalu tertawa melupakan kegalauan yang sempat menyerang febby.
"Yang paling sosweet
setengah mati sih, Agung ya? Suka tiba tiba ada pas lagi butuh"
"Iya, suka bantuin
Febby. Pas Febby sakit dia ngenterin pulang. Pas hujan dia yang ngasih jaketnya
dan itu cuma buat Febby"
"Kalo dia nembak,
mending terima ya feb. Hargain aja usaha besar dia buat dapet
perhatian"celetuk Via. Wajah Febby memerah.
@&?
Keadaan yang memaksa,
sahabat-sahabatnya pun mendukung hal ini. Febby ingin menghargai seorang yang
berjuang untuk dirinya. Ia memutuskan untuk menjalin hubungan dengannya. Meski
hatinya terasa sakit.
Di koridor menuju kelas
Febby bertemu Dimas yang membawa 1 bucket mawar dihari kelulusan. Sedangkan Dimas
melihat sesosok bidadari, namun hatinya teriris seperti pecahan kaca pecah.
Hatinya sangatlah terluka saat melihat Febby membawa bunga mawar dan juga balon
berbentuk hati. Bertuliskan "Agung love Febby forever"
"DIMAS !!"
Panggil Febby
"Eh, febby"
jawab dimas lesu "sudah ya, aku ingin memberikan ini pada seseorang"
ucap Dimas tanpa fikir panjang, lalu ia pergi menahan rasa sakitnya itu.
"Se- seseorang?
Tuhan ini menyakitkan, dadaku terasa sesak, apakah dia hanya memberi harapan
palsu selama ini?" Ucap febby dalam hati, kemudian matanya berkaca kaca.
Ia tak menyadari bahwa dia sedikit melukai perasan Dimas.
Saat semua orang
berbahagia atas kelulusannya, Febby hanya meratapi hatinya yang rapuh, saat itu.
Hembusan angin malam menusuk tulangnya, menerpa permukaan kulitnya. Air mata
kembali berlinng. Febby menekuk lututnya dan membasahinya. Dering SMS terdengar
masuk.
()(((
Febby pergi keluar.Sebuah
buku tergeletak dibawah pintu. Perlahan febby membukanya denan penuh penasaran.
Terimakasih untuk semuany
Febby
(Kasih tak sampai)
Halaman berikutnya terdapat foto kenangan mereka berdua, tetapi lebih banyak foto dirinya, walalu dari belakang. Febby tak pernah menyadri ini semua. Terselipkan sebuah surat berwarna merah muda.
Febby kembali menangis,
harusnya ia bisa bersabar sedikit lagi. Menunggunya sebentr lagi.
"Dimas, aku,, aku
akan berdiri berdiam terbius dari waktu ke waktu. Semua yang ku butuhkan adalah
sebuh perasaan jelas dari hatimu. Ku ingin kau disini tepat disisiku mas"
Dimas muncul dengansebuh
bungan, menopang Febby untuk berdiri, lalu memeluknya
"Kau boleh membsahi
bhuku sekarang, mungkin ini perpisahan kita"
"Kau harus bahagia
bersama Agung" sambung Dimas.
Febby mulai merasa
dirinya hangat dipelukan Dimas, tangisannya sedikit berhenti. Meski airmatanya
tak bisa ia bendung lagi. Seketika saat itu semua menjadi gelap
"Feb..febby..febby"
suara itu terkhir yang Febby dengar
sebelum dirinya tenggelam dalam gelap.
Saat terbangun, Fabby
sudah berada di dalam kamarnya, ia terbangun ternyata itu adalah mimpi, mimpi
buruk yang tidak diinginkan oleh Febby dalam hidupnya kali ini. Dan mimpi itu
adalah nyata.